Lagi lagi SMA, jangan bosen ya baca cerita
masa masa SMA gue. Tapi kali ini cerita pembunuhan yang sangat sadis. Mahluk
tidak berdaya dan tidak berdosa menjadi korban keganasan sekolah gue. Waktu itu
sedang berlangsungnya pelajaran biologi. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok
dan harus membawa hewan yang berbeda beda, beruntung kelompok gue yang hanya
disuruh membawa jantung ayam.
Hari itu suasananya sangat mencekam
sepertinya bumi sedang berduka. Temen temen gue disibukan dengan hewan hewan
bawaan mereka dipagi yang mencekam itu. Gue bisa melihat senyum ceria hewan
hewan tersebut pada saat itu. Mungkin
mereka enggak tau kalau mereka bakal jadi korban keganasan temen temen gue.
Para hewan hewan pun sibuk bermain kejar kejaran, sikodok mengejar si cicak dan
sitokek mengejar sikodok.
“aaaaaarrrrggggghhhh” suara beberapa cewek
dikelas gue. Ternyata mereka dikejar oleh ketiga hewan itu. Gue tau orang
paling usil dikelas gue itu Alam dan gue rasa hewan hewan itu disuruh sama alam
untuk menakut nakuti para cewek. Dan gue lihat wajah Alam yang tertawa girang
karena hal itu. Bener sudah tebakan gue. Alam lah pelakunya.
Gue berpikir mungkin hewan hewan tersebut
sengaja enggak dikasih tau sama temen temen gue. Mungkin aja temen gue takut
hewan bawaannya kabur. Apa jadinya coba kalau para hewan tersebut sampai tau
kalau mereka akan di bunuh dengan sadisnya sama temen temen gue?
“kodok loe bagus lam, dapat dari mana”?
tanya gue ke Alam
“Iy ni, gue nemu di paret depan rumah.”
Jawabnya dengan santai.
“Ah bohong aja ini, mana ada kodok segaul
ini nemu diparet.” Ipul ikut nimbrung pembicaraan kami.
“Iy alam ni, Setau gue kodok nemu diparet
itu kepalanya ada pirangnya terus ada tindik di lidahnya.” Gue heran.
“elo tuh enggak tau berapa biaya gue
habiskan untuk ngedandani ini kodok, gue enggak mau bawa kodok jalanan, yang
gue mau itu kodok gaul seperti ini, tapi jujur lebih keren kodok gue daripada
elo, elo mau gue dandanin juga”? Jawab alam dengan kesotoiyannya.
“Boleh boleh Lam, siapa tau Hendra jadi
makin cantik.” Aris nyaut dari belakang gue
“Ah Kampretttt.” Gue sewot
Waktu berjalan semakin cepat dan tanpa
terasa bel pun berbunyi. Temen temen gue beserta hewan hewan bawaanya sudah
duduk rapi ditempatnya masing masing. Lalu mulai terdengar hentakan kaki sang
mentor yang akan mengadakan pembantaian massal ini. Gue makin merinding karena
hembusan nafas gue sendiri, gue mencium bau bangkai dari mahluk tak berdosa dan
ternyata gue belum sikat gigi. Pantesan aja baunya enggak enak.
Suaranya semakin mendekat dan makin dekat,
lalu masuk lah seorang wanita. Siapakah dia? Nantikan setelah yang satu
ini.hehehe Guru biologi gue pun masuk dan kami semua bersiap dengan apa yang
kelompok kami telah bawa. Kebetulan saat itu gue enggak sekelompok sama Alam,
Aris dan Ipul. Gue sangat yakin banget Ipul pasti sangat senang dengan
pelajaran kali ini. Dia pasti sudah tidak sabar untuk menganiaya mahluk tidak
berdosa ini.
Kami semua diberi arahan bagaimana cara
membedah hewan yang baik dan benar pada saat itu. Kebetulan yang kelompok gue
bawa itu jantung ayam jadi gue enggak perlu melakukan pekerjaan keji itu. Tugas
kelompok gue hanya menggambar jantung ayam itu. Karena gue suka dan hoby banget
menggambar jadi tugas itu gue serahkan keteman sekelompok gue.
Gue heran, kenapa sih harus ada pelajaran
seperti ini. Dimana rasa keprimanusiaan kita,para hewan aja punya rasa
keprihewanan masa kita kalah sama mereka? Apa orang yang menggeluti bidang
seperti biologi ini enggak pernah merasa berdosa? Gue aja yang Cuma melihat
temen temen gue ngebedah hewan hewan yang tidak berdosa ini, gue bener bener
merasa bersalah. Hati nurani gue berbicara “Maafin gue ya dok, cak, kek, gue
enggak bisa nolong kalian semua, gue enggak berdaya menghadapi temen temen gue
terutama ipul.” Gue melihat ipul membawa pisau bedah, dengan rasa sangat
bernafsu ipul pun membedah hewan milik kelompoknya. Gue ngeliat wajah ipul yang
beringas. Dia sangat bersemangat melakukan hal itu. Mungkin karena Ipul sudah
terbiasa melakukan semua ini.
Gue memalingkan pandangan gue ke wajah
temen temen gue yang cewek, terlihat raut wajah ketakutan dari temen temen gue
itu. Gue pengen nenangin mereka, tapi diri gue sendiri aja udah ketakutan
seperti pada saat dulu gue mau disunat. Sumpah ngeri banget ngeliat penyiksaan
itu. Tapi beberapa temen gue kok biasa aja yah. Gue jadi curiga sama mereka,
mungkin aja mereka adalah seorang teroris yang menyamar menjadi pelajar SMA.
Kalau benar begitu mungkin aja ada intel yang menyamar sebagai guru disekolah
kami. Dan gue berharap itu adalah Arul guru olahraga gue.
Detik demi detik pun berlalu tanpa terasa
jam pelajaran ini pun telah habis, namun gue masih shock dengan keadaan ini.
Gue enggak habis pikir, betapa berdosanya gue sudah ngebiarin hal itu terjadi.
Gue rasa temen temen gue ini memang kejam, hanya karena nilai mereka rela
melakukan ini semua. Selesenya pelajaran ini hewan hewan itu pun dibawa keluar
oleh temen temen gue. Gue rasa hewan hewan ini masih hidup karena ada detak
jantungnya. Temen temen gue pada berebut untuk memoto hewan-hewan malang ini.
Gue juga enggak mau ketinggalan, gue enggak mau melewatkan sesi foto bersama
hewan hewan tersebut.
Yang gue sesalkan, hewan hewan ini
dibiarkan aja dengan keadaan sepert itu. hidup segan, mati pun sulit. Enggak
ada yang merhatikan keadaan hewan hewan ini, semua pada sibuk membersihkan diri
dan alat alat yang mereka gunakan untuk kegiatan itu. Gue ingin membawa mereka
kerumah sakit, tapi sayang gue ngerasa jijik untuk membawa semua hewan hewan
ini. Jadi terpaksa gue ikut membiarkan mereka semua dan pergi ke kantin untuk
mendapatkan sesuap nasi dari ibu kantin.
Keesokan harinya gue dan temen temen gue
mengunjungi hewan hewan tersebut. Gue perhatikan dengan seksama hewan tersebut.
Gue enggak merasa adanya tanda tanda kehidupan dari mahluk malang tersebut.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun” itu kata yang bisa gue ucapkan karena
menemukan mahluk itu sudah menjadi bangkai.
Pelajaran membedah itu memang penting, itu
memberikan kami contoh nyata organ dalam hewan. Tapi coba pikirkan perasaan
mereka yang tersakiti. Pikirkan perasaan keluarga para korban.. Gue enggak
menyalahkan mereka para pembedah, gue hanya menyayangkan keadaan para hewan
yang tak berdosa itu. Semoga para penggemar hal itu bisa cepat sadar dengan perbuatan mereka. Gue
berdoa semoga amal ibadah mahluk tidak berdosa itu bisa diterima disisi Tuhan
Yang Maha Esa. Aminn
No comments:
Post a Comment
Menerima Kritik dan Saran Membangun
Anda Sopan Saya Segan
Salam Damai
Say No To Tawuran!!