Adsense

Tuesday 31 July 2012

Pertemuan Yang Tak Terduga


Produksi film film Indonesia kalah dengan film film dari Eropa. Ini karena cerita film indonesia enggak ada yang beres. Dari judulnya aja sudah aneh kaya film horor pocong pink coba aja bayangin pcong pakai kain warna pink, apa mau keacara ulang tahun anak anak TK tuh pocong atau hantu goyang karawang, seperti apa lagi itu hantu bergoyang karawang? Apa minta saweran juga? Apa enggak mau kalah sama mbak Inul yang terkenal karena goyang ngebornya. film indonesia yang gue suka itu cuma film buatannya pak haji Dedy Miswar. Gue pengen banget bisa main disalah satu filmnya. Soalnya film filmnya selalu menginspirasi kehidupan gue.
Pertama kali gue menginjak bioskop XXI itu pada saat gue kelas 3 SMA, awalnya gue enggak suka ke bioskop soal menurut perhitungan gue. Bakal lebih murah dan puas kalau gue beli kasetnya terus gue nonton dikamar gue tinggal dimatiin aja lampunya kan udah kaya bioskop mini dengan TV ukuran 21”, terus bisa bebas lagi bawa makanan dan minuman dari luar.
Pada saat itu gue bener bener deso, enggak ngerti dimana beli tiket masuk, dimana pintu studionya, dimana tempat ditaruhnya layar lebar itu dan gue bener bener enggak tau dimana kehidupan gue sesungguhnya. gue pengen nanya dimana tempatnya ngantri tiket tapi gue malu, jadi gue putuskan untuk tetap setia nunggu dia di depan happy puffy. Dari tempat itu gue bisa dengar teriakan teriakan orang minta tolong dari happy puffy. Tapi gue enggak bisa apa apa selain menikmati suara yang kacau banget itu.
Sejam berlalu dan gue tetap menunggunya dengan ditemani suara teriakan teriakan minta tolong dari ruangan itu. Gue sudah resah banget karena ini pertama kalinya gue ketemu dia. Gue membayangkan seperti apa dia, kata temen gue yang ngenalin dia ke gue sih cantik.
Enggak lama kemudian datang juga temen gue dengan temannya yang mempunyai gaya rambut seperti cleopatra.
“Hendra y? salam kenal, Manda, sory telat.” Kata Manda sambil mengajak gue salaman
“oo ternyata elo y yang namanya Manda.” Kata gue sambil menjabat tangan lembutnya.
“udah beli tiket belum ndra”? tanya temen gue Tiana.
Boro boro beli tiket, menginjakan kaki dibioskop aja baru sekali ini, gimana gue mau beli tiket kalau gue baru pertama kali. Tapi gue enggak mau sampe mereka tau kalau ini adalah pertama kalinya, jadi gue langsung mengeluarkan alibi gue.
“Belum lah, tadi mau gue beli tapi takut salah film, gue enggak tau juga kan kalian suka duduk dimana, jadi gue enggak jdi beli daripada ntar salah kan” Alibi gue pada saat itu, gue harap mereka percaya dengan alasan gue.
“iy bener juga sih, y udah kita beli sekarang yuk, keburu habis ntar filmnya.” Ajak Manda. Berhasil juga Alibi gue mengelabui mereka, kalau mereka tau alasan sebenarnya mungkin Manda bakal langsung ninggalin gue kali. Setelah membeli tiket, kami pun memasuki ruangan itu.
“Gila, gelap banget tempat ini, cari tempat duduknya susah lagi, enggak lagi lagi gue kesini.” Jerit gue dari dalam hati. Kebetulan kami memasuki studio pada saat film sudah dimulai. Gue lalu duduk dia pun duduk disebelah gue. Gue perhatikan wajahnya dari samping. Disaat itu dia sibuk nonton film indonesia yang enggak jelas jalan ceritanya sedangkan gue sibuk nonton wajahnya. Sesekali dia mnghadap ke gue, gue pun langsung mengalihkan pandangan gue dari dia. Gue dan dia mungkin masih malu malu karena ini pertemuan pertama kami. Gue bener bener enggak bisa fokus dengan film tapi fokus dengan wajah manisnya Manda.
Waktu terus berlalu dan pertemuan itu pun berakhir, Disaat waktu memisahkan kami. Kini saatnya kami berpisah, kami menuju tempat yang berlawanan dia kekanan dan gue kekiri. Gue ngerasa beruntung bisa kenal orang sebaik dia. Ini seperti cerita si kaya dan si melarat. Karena pertemuan ini gue bener bener enggak ada keluar uang sama sekali melainkan dia si wanita dermawan.

No comments:

Post a Comment

Menerima Kritik dan Saran Membangun
Anda Sopan Saya Segan
Salam Damai
Say No To Tawuran!!