Produksi film
film Indonesia kalah dengan film film dari Eropa. Ini karena cerita film indonesia
enggak ada yang beres. Dari judulnya aja sudah aneh kaya film horor pocong pink
coba aja bayangin pcong pakai kain warna pink, apa mau keacara ulang tahun anak
anak TK tuh pocong atau hantu goyang karawang, seperti apa lagi itu hantu
bergoyang karawang? Apa minta saweran juga? Apa enggak mau kalah sama mbak Inul
yang terkenal karena goyang ngebornya. film indonesia yang gue suka itu cuma film
buatannya pak haji Dedy Miswar. Gue pengen banget bisa main disalah satu
filmnya. Soalnya film filmnya selalu menginspirasi kehidupan gue.
Pertama kali
gue menginjak bioskop XXI itu pada saat gue kelas 3 SMA, awalnya gue enggak
suka ke bioskop soal menurut perhitungan gue. Bakal lebih murah dan puas kalau
gue beli kasetnya terus gue nonton dikamar gue tinggal dimatiin aja lampunya
kan udah kaya bioskop mini dengan TV ukuran 21”, terus bisa bebas lagi bawa
makanan dan minuman dari luar.
Pada saat itu
gue bener bener deso, enggak ngerti dimana beli tiket masuk, dimana pintu
studionya, dimana tempat ditaruhnya layar lebar itu dan gue bener bener enggak
tau dimana kehidupan gue sesungguhnya. gue pengen nanya dimana tempatnya ngantri
tiket tapi gue malu, jadi gue putuskan untuk tetap setia nunggu dia di depan
happy puffy. Dari tempat itu gue bisa dengar teriakan teriakan orang minta
tolong dari happy puffy. Tapi gue enggak bisa apa apa selain menikmati suara
yang kacau banget itu.
Sejam berlalu
dan gue tetap menunggunya dengan ditemani suara teriakan teriakan minta tolong
dari ruangan itu. Gue sudah resah banget karena ini pertama kalinya gue ketemu
dia. Gue membayangkan seperti apa dia, kata temen gue yang ngenalin dia ke gue
sih cantik.
Enggak lama
kemudian datang juga temen gue dengan temannya yang mempunyai gaya rambut
seperti cleopatra.
“Hendra y?
salam kenal, Manda, sory telat.” Kata Manda sambil mengajak gue salaman
“oo ternyata
elo y yang namanya Manda.” Kata gue sambil menjabat tangan lembutnya.
“udah beli
tiket belum ndra”? tanya temen gue Tiana.
Boro boro beli
tiket, menginjakan kaki dibioskop aja baru sekali ini, gimana gue mau beli tiket
kalau gue baru pertama kali. Tapi gue enggak mau sampe mereka tau kalau ini
adalah pertama kalinya, jadi gue langsung mengeluarkan alibi gue.
“Belum lah,
tadi mau gue beli tapi takut salah film, gue enggak tau juga kan kalian suka
duduk dimana, jadi gue enggak jdi beli daripada ntar salah kan” Alibi gue pada
saat itu, gue harap mereka percaya dengan alasan gue.
“iy bener juga
sih, y udah kita beli sekarang yuk, keburu habis ntar filmnya.” Ajak Manda.
Berhasil juga Alibi gue mengelabui mereka, kalau mereka tau alasan sebenarnya
mungkin Manda bakal langsung ninggalin gue kali. Setelah membeli tiket, kami pun memasuki
ruangan itu.
“Gila, gelap
banget tempat ini, cari tempat duduknya susah lagi, enggak lagi lagi gue
kesini.” Jerit gue dari dalam hati. Kebetulan kami memasuki studio pada saat
film sudah dimulai. Gue lalu duduk dia pun duduk disebelah gue. Gue perhatikan
wajahnya dari samping. Disaat itu dia sibuk nonton film indonesia yang enggak
jelas jalan ceritanya sedangkan gue sibuk nonton wajahnya. Sesekali dia
mnghadap ke gue, gue pun langsung mengalihkan pandangan gue dari dia. Gue dan dia mungkin masih malu malu karena ini pertemuan pertama kami. Gue bener bener enggak bisa fokus dengan film tapi fokus dengan wajah manisnya Manda.
Waktu terus berlalu dan pertemuan itu
pun berakhir, Disaat waktu memisahkan kami. Kini saatnya kami berpisah, kami menuju tempat yang berlawanan
dia kekanan dan gue kekiri. Gue ngerasa beruntung bisa kenal orang sebaik dia.
Ini seperti cerita si kaya dan si melarat. Karena pertemuan ini gue bener bener
enggak ada keluar uang sama sekali melainkan dia si wanita dermawan.
No comments:
Post a Comment
Menerima Kritik dan Saran Membangun
Anda Sopan Saya Segan
Salam Damai
Say No To Tawuran!!