Waktu dibangku kelas satu SMA gue ada kegiatan ekstrakurikuler yang namanya REPALA atau remaja pecinta
alam. Dari namanya aja pecinta alam, So tentu aja para pengikut dari kegiatan
ini harus bisa pacaran sama alam tapi bukan Alamsyah ya. Alamsyah mah nama
temen gue. Karena pada saat itu gue masih jomblo dan belum ada cewek yang mau
sama gue jadi gue berpikir bergabung menjadi anggota Repala adalah hal yang
sangat tepat. Dengan begitu hilang sudah galau gue karena gue bakal dapat pacar
dari alam.
Di eskul itu gue diajarin bagaimana
caranya bertahan hidup di alam bebas, bagaimana cara hidup ditengah tengah
hutan yang sangat minim penerangan karena tidak adanya lampu jalan. Sebenarnya
gue sangat bersyukur kalau para senior kami mengajarkan kami bagaimana caranya
hidup ditengah kota yang lebih banyak kriminal dan gembel dari pada dihutan
yang masih terjaga dari hal tersebut dan juga bagaimana caranya mendapatkan
penghasilan yang layak untuk bisa mendapatkan sesuap nasi terus pelajaran
bagaimana caranya terbebas dari kemacetan, terlebih lagi kalau mereka mau
mengajarkan gue bagaimana caranya cari seorang wanita untuk pasangan hidup gue
dan gue yakin itu pasti lebih bermanfaat buat gue daripada ajaran hidup
dihutan. Ini kan udah jaman modern enggak mungkin ada yang mau hidup sendiri
ditengah hutan seperti Tarzan, kalau gue mah lebih milih hidup ditengah tengah
masyarakat daripada hidup ditengah tengah monyet.
Ngomong ngomong masalah Tarzan, kok bisa ya
dia enggak kedinginan, dia kan enggak pernah pake baju. Terus gue masih heran
bagaimana cara dia membuat celana dalam dari daun, emangnya dihutan itu ada
tempat kursus membuat celana dalam dari daun dan tutornya mungkin seekor monyet
kreatif. Tarzan juga pandai memanjat pohon pasti karena dia diasuh oleh bangsa
kera, coba kalau misalnya dia di asuh sama burung Murai mungkin Tarzan bakal
pandai berkicau dan tidak menutup kemungkinan Tarzan akan mengikuti lomba
berkicau tingkat RT dan bahkan tingkat Nasional.
Di eskul ini ada sebuah event yang gue
ikuti, namanya Lintas Alam. Event ini adalah event yang seru, sebuah kegiatan
yang melibatkan seluruh anggota aktif dari Repala. Senior senior gue menyuruh
gue untuk membawa barang barang yang mungkin aja bakal gue perlukan nanti. Gue
adalah orang yang bersemangat dan sangat menantikan event tersebut, Gue
mempersiapkan semua keperluar gue, dari makanan, minuman hingga beberapa helai kain
layaknya seseorang yang ingin liburang keluar kota untuk beberapa hari.
Setelah bergalau ria menunnggu hari yang
gue tunggu tiba, hari itupun akhirnya datang juga, hilang sudah galau gue.
Event itu bisa membuat gue merasakan beberapa hal ekstrem ditengah hutan dan
yang gue pikirkan hutan yang bakal gue lewati itu seperti difilm Ace Ventura,
hutan yang lebat dan dipenuhi dengan hewan hewan yang buas dan Langka yang
patut untuk dilindungi dan itu adalah hutan yang gue harapkan di event itu.
Banyak makanan dan perlengakapan yang gue persiapkan, itu semua gue lakukan
karena didalam hutan enggak mungkin ada stand stand penjualan seperti dipinggir
jalan kalaupun ada pasti yang jaga itu orang tua angkatnya Tarzan dan pasti
pembelinya adalah dari kasta bangsawan kera.
“Apaan aja tu yang loe bawa hen?” Tanya
Anto, salah seorang temen gue.
“Ini banyak, ada snack, air mineral, nasi
bungkus, the kotak, senter, pisau, sama jaket.” Kata gue sambil mengeluarkan
apa yang ada didalam tas gue.
“Gila banyak banget, loe mau kemping atau
lintas alam?” Anto terlihat sangat syok dengan kepintaran gue kali ini.
“Bego loe tuh, udah tau lintas alam malah
nanya kemping.” Jawab gue santai.
“Gue tau kita mau lintas alam tapi kenapa
sebanyak itu yang loe bawa, emangnya enggak berat?” Lagi lagi Anto makin heran
dengan kejeniusan gue.
“Berat lah, sebanyak ini masa enggak berat,
makanya masuk kelas fisika itu ada hukum tentang berat.” Anto pasti kagum
dengan jawaban gue yang sudah seperti bapak fisika.
“Nah loh terus kenapa loe masih bawa
sebanya itu, kita kan Cuma lewat hutan dibelakang sekolah itu pun pasti Cuma
setengah hari sudah selesai.” Anto terlihat sedikit kesal dengan jawaban
jawaban gue, mungkin dia agak iri dengan kepintaran gue.
“Hah… Masa? Bukannya hutan yang lebat tapi
hutan yang tipis kaya gitu? Serius loe to? Kenapa baru bilang sekarang?” gue
kaget
“Hahahahah.. makanya jangan sotoy lo.” Kata
Anto ke gue
Gue takut menyesal nantinya dengan apa yang
gue bawa, kalau nanti gue kelaparan gimana? Itu lah yang gue pikirkan, tapi gue
enggak menyangka hutan belakang sekolah itu adalah tujuan kami. Rasanya pupus
sudah harapan gue untuk berpetualang dihutan belantara. Mereka semua telah menghancurkan harapan yang gue bangun
selama beberapa hari itu.
Saat memasuki hutan pun hal yang gue
takutkan pun terjadi “gue mennyesal dengan apa yang gue bawa” namun itu bukan
karena kurangnya perlengkapan yang gue bawa melainkan perlengkapan yang
berlebihan yang membuat perjalanan gue menjadi semakin berat karena tas yang
dilakhnat ini.
To be continued
No comments:
Post a Comment
Menerima Kritik dan Saran Membangun
Anda Sopan Saya Segan
Salam Damai
Say No To Tawuran!!