Adsense

Thursday 23 August 2012

Hutan

       
        Waktu dibangku kelas satu SMA gue ada kegiatan ekstrakurikuler yang namanya REPALA atau remaja pecinta alam. Dari namanya aja pecinta alam, So tentu aja para pengikut dari kegiatan ini harus bisa pacaran sama alam tapi bukan Alamsyah ya. Alamsyah mah nama temen gue. Karena pada saat itu gue masih jomblo dan belum ada cewek yang mau sama gue jadi gue berpikir bergabung menjadi anggota Repala adalah hal yang sangat tepat. Dengan begitu hilang sudah galau gue karena gue bakal dapat pacar dari alam.
            Di eskul itu gue diajarin bagaimana caranya bertahan hidup di alam bebas, bagaimana cara hidup ditengah tengah hutan yang sangat minim penerangan karena tidak adanya lampu jalan. Sebenarnya gue sangat bersyukur kalau para senior kami mengajarkan kami bagaimana caranya hidup ditengah kota yang lebih banyak kriminal dan gembel dari pada dihutan yang masih terjaga dari hal tersebut dan juga bagaimana caranya mendapatkan penghasilan yang layak untuk bisa mendapatkan sesuap nasi terus pelajaran bagaimana caranya terbebas dari kemacetan, terlebih lagi kalau mereka mau mengajarkan gue bagaimana caranya cari seorang wanita untuk pasangan hidup gue dan gue yakin itu pasti lebih bermanfaat buat gue daripada ajaran hidup dihutan. Ini kan udah jaman modern enggak mungkin ada yang mau hidup sendiri ditengah hutan seperti Tarzan, kalau gue mah lebih milih hidup ditengah tengah masyarakat daripada hidup ditengah tengah monyet.
Ngomong ngomong masalah Tarzan, kok bisa ya dia enggak kedinginan, dia kan enggak pernah pake baju. Terus gue masih heran bagaimana cara dia membuat celana dalam dari daun, emangnya dihutan itu ada tempat kursus membuat celana dalam dari daun dan tutornya mungkin seekor monyet kreatif. Tarzan juga pandai memanjat pohon pasti karena dia diasuh oleh bangsa kera, coba kalau misalnya dia di asuh sama burung Murai mungkin Tarzan bakal pandai berkicau dan tidak menutup kemungkinan Tarzan akan mengikuti lomba berkicau tingkat RT dan bahkan tingkat Nasional.
Di eskul ini ada sebuah event yang gue ikuti, namanya Lintas Alam. Event ini adalah event yang seru, sebuah kegiatan yang melibatkan seluruh anggota aktif dari Repala. Senior senior gue menyuruh gue untuk membawa barang barang yang mungkin aja bakal gue perlukan nanti. Gue adalah orang yang bersemangat dan sangat menantikan event tersebut, Gue mempersiapkan semua keperluar gue, dari makanan, minuman hingga beberapa helai kain layaknya seseorang yang ingin liburang keluar kota untuk beberapa hari.
Setelah bergalau ria menunnggu hari yang gue tunggu tiba, hari itupun akhirnya datang juga, hilang sudah galau gue. Event itu bisa membuat gue merasakan beberapa hal ekstrem ditengah hutan dan yang gue pikirkan hutan yang bakal gue lewati itu seperti difilm Ace Ventura, hutan yang lebat dan dipenuhi dengan hewan hewan yang buas dan Langka yang patut untuk dilindungi dan itu adalah hutan yang gue harapkan di event itu. Banyak makanan dan perlengakapan yang gue persiapkan, itu semua gue lakukan karena didalam hutan enggak mungkin ada stand stand penjualan seperti dipinggir jalan kalaupun ada pasti yang jaga itu orang tua angkatnya Tarzan dan pasti pembelinya adalah dari kasta bangsawan kera.
“Apaan aja tu yang loe bawa hen?” Tanya Anto, salah seorang temen gue.
“Ini banyak, ada snack, air mineral, nasi bungkus, the kotak, senter, pisau, sama jaket.” Kata gue sambil mengeluarkan apa yang ada didalam tas gue.
“Gila banyak banget, loe mau kemping atau lintas alam?” Anto terlihat sangat syok dengan kepintaran gue kali ini.
“Bego loe tuh, udah tau lintas alam malah nanya kemping.” Jawab gue santai.
“Gue tau kita mau lintas alam tapi kenapa sebanyak itu yang loe bawa, emangnya enggak berat?” Lagi lagi Anto makin heran dengan kejeniusan gue.
“Berat lah, sebanyak ini masa enggak berat, makanya masuk kelas fisika itu ada hukum tentang berat.” Anto pasti kagum dengan jawaban gue yang sudah seperti bapak fisika.
“Nah loh terus kenapa loe masih bawa sebanya itu, kita kan Cuma lewat hutan dibelakang sekolah itu pun pasti Cuma setengah hari sudah selesai.” Anto terlihat sedikit kesal dengan jawaban jawaban gue, mungkin dia agak iri dengan kepintaran gue.
“Hah… Masa? Bukannya hutan yang lebat tapi hutan yang tipis kaya gitu? Serius loe to? Kenapa baru bilang sekarang?” gue kaget
“Hahahahah.. makanya jangan sotoy lo.” Kata Anto ke gue
Gue takut menyesal nantinya dengan apa yang gue bawa, kalau nanti gue kelaparan gimana? Itu lah yang gue pikirkan, tapi gue enggak menyangka hutan belakang sekolah itu adalah tujuan kami. Rasanya pupus sudah harapan gue untuk berpetualang dihutan belantara. Mereka semua  telah menghancurkan harapan yang gue bangun selama beberapa hari itu.
Saat memasuki hutan pun hal yang gue takutkan pun terjadi “gue mennyesal dengan apa yang gue bawa” namun itu bukan karena kurangnya perlengkapan yang gue bawa melainkan perlengkapan yang berlebihan yang membuat perjalanan gue menjadi semakin berat karena tas yang dilakhnat ini.

To be continued

No comments:

Post a Comment

Menerima Kritik dan Saran Membangun
Anda Sopan Saya Segan
Salam Damai
Say No To Tawuran!!